Jepang, sulutberita.com - Hari keempat (4) Senin 10 Juli 2023, kunjungan kerja Wakil Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), Steven O.E Kandouw di Kota Tokyo - Jepang, mengadakan pertemuan bersama pihak Kedutaan Besar (Kedubes) Republik Indonesia (RI) untuk Jepang yang dihadiri Wakil Dubes, Jhon Tjahjanto Boestami.
Dalam pertemuan tersebut oleh Wagub Kandouw bersama rombongan kerja diantaranya, Sekretaris TP-PKK Sulut yang juga Kadis P3AD Sulut, dr Kartika Devi Tanos, Wakil Walikota Richard Sualang, Wakil Bupati Minut Kevin Lotulung dan Kadiskominfo Sulut Evans Steven Liow, telah mengutarakan persoalan pengoptimalan jalur perdagangan langsung dari Sulut ke Jepang, yang dimana masih ada hambatan ekspor barang dikarenakan aturan yang dinilai tidak sejalan dengan kebijakan daerah sehingga memakan waktu pengiriman lebih lama.
“Masalah ekspor impor ternyata banyak regulasi-regulasi yang tidak sejalan dengan kebijakan daerah. Pak Presiden mendorong untuk ekspor atau subtitusi ekspor, tetapi dilapangan banyak aturannya terutama aturan Kementerian Perdagangan hanya membolehkan tiga (3) kota yakni, Kota Surabaya, Jakarta dan Medan,” ungkapnya dengan mencontohkan salah satunya petani Walet (sarang Burung Walet) yang proses pengirimannya harus ke Jakarta terlebih dahulu, padahal Sulut sudah ada Direct Flight (penerbangan langsung).
“Banyak lagi regulasi yang ternyata menghalangi peningkatan ekspor impor. Padalah secara de facto (kenyataan) untuk ke Jepang dari Sulawesi Utara sendiri paling dekat, tapi barang-barang kita harus ke Makassar, ke Jakarta terlebih dulu. Begitu juga untuk impor harus ke Surabaya dulu baru ke Indonesia Timur. Itu temuan kita di lapangan, mudah-mudahan ini bisa menjadi masukan,” terang Kandouw.
Pada dasarnya apa yang dibeberkan Steven Kandouw itu bukan tak beralasan. Pasalnya, Sulut memang terkenal akan hasil komoditas pertanian dan perikanan yang produksinya sudah merambah sejumlah negara di dunia yang jika turut didukung dengan regulasi, tentunya arus ekspor impor dari Sulut ke Jepang dan sebaliknya bakal semakin meningkat.
Hal itu bisa dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut akan Neraca Perdagangan Sulut pada bulan Mei 2023 mengalami surplus sebesar US$35,15 Juta. Sementara, komoditas ekspor non migas terbesar pada Mei 2023 masih didominasi lemak dan minyak hewani/nabati, senilai US$31,54 juta atau 54,25 persen dari total ekspor. Sedangkan untuk komoditas impor terbesar adalah bahan bakar mineral, senilai US$12,80 juta atau 55,67 persen dari total impor.
Lebih jauh ditegaskan Steven Kandouw bahwa tak hanya di sektor perdagangan saja, namun komitmen dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut dalam memperhatikan keberadaan warga Sulut yang bekerja di Jepang agar dapat bekerja sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku.
“Kita juga beri perhatian bagi mereka (warga Sulut di Jepang) sebagai laporan kita di Sulawesi Utara juga termasuk dalam pengelolaan tenaga kerja 'specified skilled workers' terutama tenaga kerja di bidang pertanian. Dimana, Pemprov Sulut juga punya sektor pendidikan kejuruan melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian yang pada tahun ini lulusannya semua diterima untuk bekerja di Jepang dan mudah-mudahan semakin hari semakin maju,” tandas Wagub Kandouw yang juga merupakan mantan Ketua DPRD Sulut itu.
Diketahui sebelumnya pada hari Minggu 9 Juli 2023 kemarin, Wagub Steven Kandouw juga telah menyempatkan diri beribadah bersama Jemaat GMIM Betlehem Oarai di Jepang yang juga turut serta dalam ibadah tersebut diantaranya, Komisari BSG Marhany Pua, Ketua Pemuda Sinode GMIM Rio Dondokambey, juga rombongan kerja Pemprov Sulut lainnya. (Mild/*)
Post A Comment:
0 comments: