BITUNG, sulutberita.com - Pesta Tulude, adalah sebuah pesta rakyat; Tulude berasal dari bahasa Sangihe dari kata "Manulude" yang artinya "menolak". Dahulu, upacara adat Tulude dilaksanakan pada tanggal 31 Desember, malam saat pergantian tahun. Saat itu sebuah perahu kecil terbuat dari kayu (tatolang) ditolak/dilepaskan ke tengah laut yang disertai dengan kata-kata atau ucapan bahwa segala sesuatu yang buruk telah dilepaskan ke tengah laut dan telah meninggalkan kehidupan manusia, dengan kata lain yaitu sebagai penolak bala. Masyarakat etnis Sangihe dan Talaud bukan hanya merayakan upacara ini di daerah mereka, akan tetapi sampai di daerah-daerah perantauan. Maksud dan tujuan pelaksanaan upacara ini yaitu sebagai media bersyukur pada Tuhan YME atas anugerah kehidupan di tahun yang lalu dan menerima kehidupan di tahun yang baru serta selalu diberkati Tuhan. Pada hari Jumat 2 Februari 2024 Greivance Gilbert Lumoindong (GGL) politisi muda PDIP, caleg DPRD provinsi Sulut dapil Minut-Bitung no 8, turut menghadiri pesta adat Tulude masyarakat kelurahan Batu Putih Bawah, Kota Bitung. Acara juga dihadiri oleh Ibu Lurah, beserta tokoh-tokoh masyarakat, pemuda, perempuan serta agama. Dalam pemberitaan Firman Tuhan masyarakat diingatkan untuk selalu kuat dalam Tuhan, kuat dalam persaudaraan, kuat dalam tantangan kehidupan serta kuat dalam iman, agar masyarakat Nusa Utara mampu menolak segala yang jahat, mulai dari kebiasaan-kebiasaan yang tidak membangun serta perbuatan-perbuatan yang merusak. GGL dalam sambutannya menyatakan kekagumannya untuk keragaman budaya yang selalu dipertahankan di Sulut, namun GGL yang dalam perjuangannya, tandem bersama politisi senior PDIP Wenny Lumentut, caleg DPR RI, mengingatkan untuk selalu menjauhkan diri dari budaya yang ‘terkhamiri’ dengan kuasa-kuasa kegelapan; serta juga selalu siap mengembangkan budaya dasar masyarakat Sulut, yaitu saling peduli, saling membantu, saling menjaga serta takut akan Tuhan, sambil selalu bersyukur akan kasih Tuhan yang selalu sempurna atas kita. Masyarakat sungguh menikmati pesta adat Tulude yang sarat budaya serta makanan yang dibawa secara gotong-royong dengan motto dari torang voor torang, bahkan hingga malam masyarakat menikmati sukacita kebersamaan. (*/tim)
Berbaur Dengan Masyarakat, Greivance Lumoindong Turut Rayakan Pesta Rakyat Tulude
BITUNG, sulutberita.com - Pesta Tulude, adalah sebuah pesta rakyat; Tulude berasal dari bahasa Sangihe dari kata "Manulude" yang artinya "menolak". Dahulu, upacara adat Tulude dilaksanakan pada tanggal 31 Desember, malam saat pergantian tahun. Saat itu sebuah perahu kecil terbuat dari kayu (tatolang) ditolak/dilepaskan ke tengah laut yang disertai dengan kata-kata atau ucapan bahwa segala sesuatu yang buruk telah dilepaskan ke tengah laut dan telah meninggalkan kehidupan manusia, dengan kata lain yaitu sebagai penolak bala. Masyarakat etnis Sangihe dan Talaud bukan hanya merayakan upacara ini di daerah mereka, akan tetapi sampai di daerah-daerah perantauan. Maksud dan tujuan pelaksanaan upacara ini yaitu sebagai media bersyukur pada Tuhan YME atas anugerah kehidupan di tahun yang lalu dan menerima kehidupan di tahun yang baru serta selalu diberkati Tuhan. Pada hari Jumat 2 Februari 2024 Greivance Gilbert Lumoindong (GGL) politisi muda PDIP, caleg DPRD provinsi Sulut dapil Minut-Bitung no 8, turut menghadiri pesta adat Tulude masyarakat kelurahan Batu Putih Bawah, Kota Bitung. Acara juga dihadiri oleh Ibu Lurah, beserta tokoh-tokoh masyarakat, pemuda, perempuan serta agama. Dalam pemberitaan Firman Tuhan masyarakat diingatkan untuk selalu kuat dalam Tuhan, kuat dalam persaudaraan, kuat dalam tantangan kehidupan serta kuat dalam iman, agar masyarakat Nusa Utara mampu menolak segala yang jahat, mulai dari kebiasaan-kebiasaan yang tidak membangun serta perbuatan-perbuatan yang merusak. GGL dalam sambutannya menyatakan kekagumannya untuk keragaman budaya yang selalu dipertahankan di Sulut, namun GGL yang dalam perjuangannya, tandem bersama politisi senior PDIP Wenny Lumentut, caleg DPR RI, mengingatkan untuk selalu menjauhkan diri dari budaya yang ‘terkhamiri’ dengan kuasa-kuasa kegelapan; serta juga selalu siap mengembangkan budaya dasar masyarakat Sulut, yaitu saling peduli, saling membantu, saling menjaga serta takut akan Tuhan, sambil selalu bersyukur akan kasih Tuhan yang selalu sempurna atas kita. Masyarakat sungguh menikmati pesta adat Tulude yang sarat budaya serta makanan yang dibawa secara gotong-royong dengan motto dari torang voor torang, bahkan hingga malam masyarakat menikmati sukacita kebersamaan. (*/tim)
Post A Comment:
0 comments: