slider

Menu

Info Terbaru

3 Lembaga Survei Kredibel Ini "Akui" Elektabilitas E2L Turun Drastis Hingga 41,35%


MANADO,
sulutberita.comSejumlah lembaga survei dengan kredibilitas teruji dan tingkat keakuratan data survei responden hingga kurang lebih 90 hingga 95%, merilis data hasil survei terbaru akan elektabilitas dari Calon Gubernur (Cagub) Sulawesi Utara (Sulut) Elly Engelbert Lasut atau E2L yang terkini, per bulan Oktober berada pada posisi angka terendah hingga 48,1%. Dimana, pada awalnya posisi E2L unggul diberbagai lembagai survei kredibel yang sama, kini mengalami penurunan yang sangat signifikan dengan tren turun drastis.

Pertama, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA dalam survei yang dilakukan pada per tanggal 1 hingga 7 di bulan September 2024 lalu menunjukkan elektabilitas pasangan Elly Lasut - Hanny Joost Pajouw (E2L - HJP) berada di angka 53,3%. Meskipun angka tersebut masih terbilang tinggi, namun ternyata angka itu merupakan penurunan yang signifikan dari hasil survei LSI di bulan Maret dan April 2024 yang mencapai 59% atau merosot besar hingga 6%.

Mulai muncul kekhawatiran bahwa popularitas E2L tidak lagi sekuat sebelumnya (survei LSI di bulan Maret - April), dan penurunan tren tersebut pun ternyata tidak hanya berhenti sampai disitu, dengan masuknya hasil survei dari lembaga Poltracking Indonesia di bulan September 2024 (sejak tanggal 15 hingga 21) pun semakin mempertegas tren penurunan elektabilitas dari E2L yang turun hingga 48,1% dimana hasil itu ternyata lebih rendah dari hasil survei LSI sebelumnya. Hasil Poltracking Indonesia itu pun berdasarkan sampel dari 800 responden dengan margin of error sebesar ±3.5 % pada tingkat kepercayaan 95%.

Kini, penurunan elektabilitas dari E2L pun semakin jelas terlihat dalam survei terbaru yang dirilis Indonesian Politic Research, per medio Oktober 2024. Dimana, lembaga survei tersebut mencatat bahwa elektabilitas E2L kini berada pada angka terendah yakni 41,35%. 

Adapun dengan hasil survei dari ketiga lembaga survei kredibel itu menunjukkan bahwa, penurunan yang terus berlanjut semakin memperlemah posisinya (E2L) dalam bursa Pilkada Sulut 2024 di November nanti. Banyak pihak pun mulai mempertanyakan penyebab penurunan elektabilitas dari Bupati Talaud yang sedang cuti itu, salah satunya melalui Pemerhati Politik Sulut Dr Jhony Lengkong, menilai bahwa penurunan tersebut bisa dimaknai sebagai sinyal kesadaran masyarakat terhadap kepemimpinan E2L, terutama ketika mengacu pada kinerjanya dulu sebagai Bupati Kepulauan Talaud yang hampir 15 tahun.

“Jika masyarakat tidak merasa senang, maka wajar jika elektabilitas E2L terus menurun.

Itu berdampak terhadap tingkat kepuasan dan kesadaran masyarakat juga kecerdasan rakyat Sulut melihat bahwa, apakah Kabupaten Kepulauan Talaud yang dipimpin E2L tidak menunjukkan perubahan yang signifikan atau seperti apa,” ujar Lengkong dengan menambahkan bahwa kepemimpinan yang tidak memberikan perubahan nyata di daerah yang dipimpinnya itu menjadi cermin bagi masyarakat untuk menilai, apakah seorang calon mampu membawa kemajuan di level yang lebih luas?.

Lengkong pun juga menggarisbawahi akan tren penurunan elektabilitas bahwa sering kali hal itu merupakan refleksi dari kegagalan seorang pemimpin dalam memenuhi ekspektasi masyarakat.

“Penurunan ini mengindikasikan bahwa kepemimpinan seseorang dalam satu daerah tidak disukai masyarakat. Jika dalam lingkup kecil seperti Talaud saja kinerjanya dinilai tidak memuaskan, bagaimana masyarakat Sulawesi Utara bisa mempercayakan untuk provinsi,” tambahnya.

Diketahui dengan fenomena penurunan elektabilitas yang begitu signifikan itu kini menjadi tantangan besar Elly Lasut dalam upayanya untuk merebut posisi Gubernur Sulut.

Dimana, kompetitor lain seperti paslon Steven Kandouw dan Alfred Denny Tuejeh (SK-DT) juga paslon Yulius Selvanus Komaling dan Victor Mailangkay (YSK - Victory) elektabilitasnya justru terus meningkat, akan memberikan tekanan kuat bagi E2L untuk segera memperbaiki strategi kampanyenya jika ingin tetap kompetitif dalam Pilkada 2024 yang semakin dekatnya waktu pemilihan di bulan November nanti yang disatu sisi lainnya juga, dengan kondisi yang tak memungkinkan akan semakin mempersempit ruang gerak E2L untuk melakukan perbaikan citra.

Berkurangnya elektabilitas juga berkurangnya dukungan dari berbagai kalangan terutama generasi muda dan kalangan pemilih rasional, kini E2L dihadapkan pada realitas bahwa popularitas semata tidak cukup untuk menjamin kemenangan dalam kontestasi politik. Dirinya harus menunjukkan kinerja nyata yang relevan dengan kebutuhan masyarakat Sulut jika ingin kembali mendapatkan kepercayaan publik pemilih.

Meskipun masih ada waktu sebelum hari pemilihan tiba, tren penurunan elektabilitas E2L ini menjadi peringatan keras dirinya bahwa kepemimpinan dan visi politiknya harus lebih jelas dan terukur. Jika tidak, tren penurunan ini bisa menjadi awal dari kekalahan yang lebih besar dalam Pilkada Sulut 2024. (*)

Share
Banner

Sulut Berita

Post A Comment:

0 comments: